Rabu, 02 November 2016

Manfaat Jerami untuk Kesuburan Tanah


Banyak diantara sebagian petani yang menganggap bahwa jerami merupakan limbah yang perlu di musnahkan salah satunya dengan cara dikabar, karena dianggap tidak mempunyai manfaat untuk dirinya
Kurangnya informasi pertanian  tentang pengetahuan mengenaik Manfaat Jerami untuk Kesuburan Tanah menjadi faktor utama ketika membakar jerami, banyak alasan yang dikemukanan oleh sebagian petani ketika membakar jerami, mulai dari tidak tau manfaat jerami sampai dengan malas melakukan pengolahan terhadap jerami itu sendiri
Salah satu manfaat jerami untuk tanah / lahan sawah yang bisa dipetik yaitu tingkat kesuburan tanah manjadi lebih baik daripada sebelumnya, ini dikarenakan didalam jerami banyak pupuk yang dikandungnya mulai dari pupuk N, P, K, S, Si, Ca, dan Mg.
Sebagai ilustrasi ketika hasil panen padi sebanyak 5 Ton Gabah, maka lahan akan kehilangan unsur hara sekitar 150 kg N, 20 kg P, dan 20 kg S. Selain itu juga, semua unsur K dan sepertiga dari N, P dan S terdapat pada jerami padi, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa jerami merupakan salah satu sumber pupuk organik yang sangat baik.
Apabila berat jerami mencapai 1,5 Ton, maka diperkirakan kandungan yang terdapat pada jerami mengandung unsur / pukuk berkisar 9 kg N, 2 kg P, dan S 25 kg Si, 6 kg Ca dan 2 kg Mg. Kandungan dari jerami yang bermanfaat untuk tanah diantaranya adanya senyawa N dan C berfungsi sebagai substrat metabolisme mikroba tanah,  ternasuk gula, pati, selulose, hemiselulose, pektin, lignin, lemak dan protein.
Manfaat Jerami untuk Kesuburan Tanah bila tidak dibakar dan dikembalikan lagi kelahan sawah, diantaranya
  • Unsur hara yang terkandung dalam jerami bila dibakar akan hilang, karena  unsur hara yang seharusnya bisa menambahkan kesuburan tanah di buang dengan percuma
  • Pada batang dan daun padi yang bisa menyuburkan tanah secara fisika (jika membusuk akan menjadi humus, bahan organik atau C-organik) hanya akan terbakar menjadi karbon atau arang
  • Jerami yang di benamkan ke lahan sawah akan sangat bermanfaat untuk makanan mikroorganisme tanah
  • Perlahan tapi pasti bila jerami dibakar maka produktivitas dari panen akan semakin menurun, karena kurangnya akan unsur hara di tanah
  • Dapat menekan biaya pupuk, karena jerami mengandung banyak pupuk organik yang bermanfaat untuk tanah dan tanaman
  • Dapat menekan akan serangan hama dan penyakit, karena didalam jerami mengandung unsur K, yang dapat membantu akan penguat dan pengeras bagian tanaman sehingga ketahanan tanaman akan menjadi lebih kuat.
  • Pembenaman jerami ke dalam lapisan olah tanah sawah akan mendorong kegiatan bakteri pengikat N

Kamis, 20 Oktober 2016

Mencangkok lebih mudah Dengan Media Floral Foam

Teknik mencangkok tanaman merupakan bagian dari proses bercocok tanam. Saat ini berbagai teknik guna memperbanyak tanaman kerap dilakukan. Perbanyakan tanaman dapat dibagi dua yaitu generatif dan vegetatif. Untuk perbanyakan vegetatif sendiri yang populer adalah teknik mencangkok. Salah satu cara mencangkok tanaman dengan teknik floral foam mulai diterapkan banyak pembudidaya tanaman. Teknik ini hampir sama dengan mencangkok dengan teknik konvensional lainnya, perbedaannya hanya terletak pada media pencangkokannya saja. Berikut cara mencangkok tanaman dengan teknik floral foam.

Alat dan bahan yang perlu Anda persiapkan untuk mencngkok tanaman.

  1. Floral Foam/Busa keras (busa bekas yang sering digunakan untuk merangkai bunga)
  2. Pisau (stainless)
  3. B1 Liquinox/larutan perangsang akar dan anti stress.
  4. Plastik atau Anda dapat menggunakan plastik es.
  5. Rooting Agent (ZPT untuk merangsang pertumbuhan akar: CLonex, Rootone-F, Root-Up).
  6. Jepit pakaian dan tali.
Berikut ini adalah langkah-langkahnya.
Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah memilih batang tanaman yang akan Anda cangkok, disarankan untuk memilih batang yang tua. Carilah batang yang tegak (membentuk 45 derajat). Lalu kerat batang tanaman sepanjang lebar jari sekitar 1,5–2 cm dan buang kulit batang serta kerik dengan pisau tajam dengan posisi tegak lurus batang sampai kambiumnya hilang.

Langkah selanjutnya potong floral foam dengan ukuran sekitar 2 cm lebih besar dari diameter batang dan panjang sepanjang sayatan cangkok. Campurkan larutan B1 Liquinox sebanyak 5ml dengan 1 liter air, lalu rendam floral foam. Oles ZPT hormon pada batang yang telah dikeratkan dan diamkan selama 10 menit sampai sedikit mengering. Belah Floral menjadi 2 bagian yang sama besar dan letakkan pada bagian yang dicangkok sampai keratan tertutup semua.

Selanjutnya bungkus dengan plastik dan jepit bagian atas agar tidak lepas kemudian ikat bagian bawah plastik dengan tali dan lalu baru ikat bagian atasnya. Apabila floral foam kering, suntik dengan larutan liquinox dan air. Jika akar sudah mulai muncul berarti cangkokan siap dipotong dan dibuka plastik penutupnya. Sebelum ditanam, rendam cangkokan pada larutan liquinox yang diencerkan dalam air dengan komposisi yang sama.

Sumber : Pertanianku

Selasa, 11 Oktober 2016

Bertani Organik di Lahan Kering



Bertani organik ternyata tidak hanya dilakukan di lahan yang subur. Di daerah kering juga bisa dilakukan. Contohnya di daerah Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tergolong wilayah kering. Di wilayah tersebut sayuran organik bisa tumbuh baik, khususnya di Waingapu, Sumba Timur.

Bahkan pertanian organik menjadi penyelamat masyarakat dari kemiskinan. Buah dan sayuran kini menjadi komoditas andalan penghasil devisa keluarga. Dengan potensi sinar matahari yang lebih dari cukup menjadikan Waingapu sangat cocok untuk bertani sayur dan buah organik.

Pendamping petani asal Pangalengan, Bandung yang telah lama tinggal di Sumba, Rahmat Adinata menceritakan, warga Waingapu sebelumnya memperoleh sayur dan buah dari luar wilayah Sumba seperti Bali dan Flores. Tapi pasokan sayur dan buah kerap terhambat karena transportasi.

“Saat musim barat, kapal-kapal pengangkut sayur dan buah tidak bisa merapat ke Sumba Timur. Akhirnya masyarakat mendapatkan buah dan sayur dengan harga tinggi namun mutu rendah,” kata  Rahmat.

Melihat kondisi tersebut, Rahmat lalu membentuk kelompok petani yang terdiri dari ibu-ibu rumah tangga, pekerja serabutan dan anak sekolah. Dia lalu mengajak masyarakat memanfaatkan lahan di bantaran Sungai Paveti, Waingapu untuk bertanam sayuran dan buah.

Ternyata iklim Sumba Timur yang kering tak menjadikan halangan masyarakat bertani organik. Mereka berusaha memanfaatkan sumberdaya air Sungai Payeti. Ada juga yang memanfaatkan sumber air ledeng yang terbuang.

Bahkan kelompok tani yang terbentuk mencapai 15 kelompok tersebar di Kota Waingapu dan sekitarnya. Di wilayah Hunga, desa yang harus ditempuh selama dua jam perjalanan arah utara Waingapu dan terkenal sering mengalami kekeringan terbentuk satu kelompok.


Bersama kelompoknya, Rahmat berhasil membudidayakan tanaman tomat, cabai, pakcoy, semangka, pare hingga kangkung darat. “Awalnya mereka hanya tahu sayur putih. Kami perkenalkan sayuran lain seperti ketimun, kol, bunga kol, tomat dan pare,” katanya.

Polybag Daun Pisang

Uniknya, persemaian benih sayur dan buah yang akan ditanam menggunakan polybag dari daun pisang. Selain lebih organik, polybag ini bisa ditanam langsung dari benihnya tanpa perlu merusak wadah. “Daun pisang yang menjadi polybag akan membusuk dan menjadi pupuk alami bagi tanaman. Selain itu, biaya yang diperlukan petani untuk menyemai menjadi lebih rendah daripada menggunakan wadah plastik,” ungkapnya.

Untuk penyubur tanaman, petani menggunakan pupuk organik hasil kreasi masyarakat yang diberi nama Bio Slurry. Penggunaan jumlah pupuk tidak sebanyak pupuk non-organik. Untuk satu hektar, maksimal dua liter pupuk organik dari awal penanaman sampai panen. “Orang mungkin tidak percaya dengan manfaat dari pupuk yang kami hasilkan, dan mungkin berpikir kami menipu. Tapi setelah melihat hasilnya baru mereka yakin. Petani bisa panen satu hektar mencapai 10 ton,” kata Rahmat bangga.

Dari hasil panen, awalnya petani hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sendiri. Karena hasil yang cukup memuaskan membuat mereka mulai merambah pasar sayuran Waingapu yang selama ini sekitar 80-90% dipasok dari Sumbawa.

Petani sayur dan buah organik asal Waingapu, Yuliana Tamu Ina yang mengaku bertanam sayur sejak tahun 2012 mengatakan, kebanyakan pelanggannya adalah toko di Sumba yang mempunyai banyak karyawan. “Bertanam sayur ini lumayan membantu. Saya pernah kirim uang untuk anak saya yang di Semarang saat ada keperluan uang mendadak. Kami juga tidak perlu pikir terlalu banyak soal kebutuhan sehari-hari. Sayur ini cukup membantu kami,” katanya.

Copy by : Tabloidsinartani


Mengenal Pupuk Organik yang beredar di masyarakat


Pemahaman tentang pupuk organik yang beredar di masyarakat sangat bervariasi. Sebagai contoh, hasil pembusukan bahan organik yang digunakan untuk menyediakan kebutuhan nutrisi bagi tanaman disebut sebagai pupuk kompos. Demikian pula beberapa jenis bahan alam galian seperti zeolit, dolomit, disebutkan pula sebagai pupuk organik. Padahal, fungsi dan mekanisme kerjanya boleh dikatakan sebatas sebagai promotor pertumbuhan tanaman.

Pemahaman tentang pupuk organik yang beredar di masyarakat sangat bervariasi. Sebagai contoh, hasil pembusukan bahan organik yang digunakan untuk menyediakan kebutuhan nutrisi bagi tanaman disebut sebagai pupuk kompos. Demikian pula beberapa jenis bahan alam galian seperti zeolit, dolomit, disebutkan pula sebagai pupuk organik. Padahal, fungsi dan mekanisme kerjanya boleh dikatakan sebatas sebagai promotor pertumbuhan tanaman.

Namun, ada juga sebutan ‘kompos’ karena umumnya adalah hasil dari proses pengomposan dan bahan dasarnya bisa bahan hijauan yang dicampurkan dengan kotoran ternak atau hanya bahan hijauan. Ada juga penyebuatan ‘pupuk hijauan’ karena bahan bakunya bersumber dari dedauan yang berwarna hijau dan dikomposkan dalam bentuk segar. Walaupun keduanya memiliki katagori sama, yaitu produk hasil pengomposan.

Dari sisi tampilan, produk pupuk organik ada yang berupa padatandan cairan. Dari bentuk padatan pun ada yang tampilannya curah, pelet, dan butiran. Bentuk tersebut dibuat berdasarkan kecenderungan permintaan pasar serta selera penggunanya. Ada lagi yang disebut sebagai pupuk hayati karena komponen utamanya merupakan konsorsia dari berbagai jenis mikroorganisme yang berkemampuan menyediakan unsur hara dan hormon bagi pertumbuhan tanaman. Dari proses metabolismenya, sebenarnya kurang tepat jika dikelompokkan pada katagori pupuk organik.

Berbagai sebutan terhadap produk-produk organik, sering kali menjadikan kerancuan pemahaman. Sementara itu, dalam kriteria komersial, pengertian pupuk organik mempunyai batasan tersendiri, utamanya didasarkan pada kandungan unsur hara yang terukur dan memberikan dampak langsung untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman, bukan sebagai stimulan.

Kerancuan pemahaman seperti ini kiranya perlu diluruskan. Sebagai contoh, kompos bahan organik yang biasa ditemui sehari-hari sebetulnya belum dapat dikatakan sebagai pupuk, tetapi lebih tepatnya disebut sebagai bahan pembenah tanah. Pemahaman ‘salah kaprah’ terhadap produk kompos sebagai pupuk hingga saat ini di kalangan masyarakat di Indonesia adalah dengan menyebut hasil pengomposan tradisional sebagai pupuk. Padahal, untuk produk pupuk mempunyai beberapa syarat tertentu, antara lain seharusnya kandungan minimalnitrogen 6%.

Penyebutan pupuk organik memunculkan kerancuan pemahaman. Hal tersebut perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penggambaran logika, apalagi jika pendekatan logika itu diterapkan untuk pengambilan keputusan. Bisa jadi, keputusan yangdiambil menjadi kurang tepat. Untuk memberikan pemahaman yang lebih tepat tentang kreteria pupuk organik, baik pada batasan komersial dan internasional .

Sumber : Pertanianku

Membual MOL dengan bahan dasar Bonggol Pisang


Mikroorganisme lokal (MOL) merupakan sekumpulan organisme yang berukuran mikro (sangat kecil) dalam suatu kondisi tertentu. Mikroorganisme lokal biasanya mengandung mikroorganisme yang dapat melakukan fermentasi. MOL umumnya digunakan sebagai bahan tambahan untuk pupuk, insektisida, ataupun pakan hewan. Ini berarti dalam mikroorganisme tersebut mampu memberikan nutrisi bagi tanaman ataupun hewan. Sebenarnya di pasaran MOL sudah banyak dijual, salah satunya EM 4. Namun, bukan berarti Anda tidak dapat membuatnya. Di sini Anda akan dipandu untuk membuat MOL dari limbah bonggol pisang.

Berikut cara membuat mikro organisme lokal (MOL) dari bonggol pisang.
Alat dan bahan yang perlu disiapkan:

  1. Bonggol pisang
  2. Air kelapa
  3. Air cucian beras yang pertama
  4. Gula merah/gula jawa
  5. Ember plastik
  6. Selang plastik 0,5 meter
  7. Tali dari karet
  8. Lakban
  9. Botol air mineral
  10. Plastik/kresek besar
Cara pembuatan:
  • Potong dan tumbuk bonggol pisang hingga halus.
  • Masukkan tumbukan tersebut dalam ember plastik, lalu tuangkan air kelapa dan air cucian beras sampai terendam semua.
  • Masukkan gula kelapa/gula jawa halus sebanyak 2% dari bonggol pisang. Aduk sampai rata kemudian tutup dengan plastik/kresek besar.
  • Masukkan ujung selang ke botol air mineral bekas sampai dasar botol. Beri air setengah ke dalam botol dan biarkan botol tetap terbuka.
  • Diamkan selama 7 hari.
  • Buka dan aduk dihari ke-8.
  • Jika sudah mulai ada miselin atau organisme, tutup kembali dan diamkan selama 7 hari lagi.
  • Setelah permukaan larutan sudah dipenuhi miselin dan baunya seperti spiritus/alkohol dengan warna kecokelatan/kehitaman, itu tandanya MOL sudah jadi.
  • Saringlah terlebih dahulu sebelum digunakan.
  • Larutan cair siap digunakan dan ampasnya bisa digunakan sebagai pupuk.
 Sumber : pertanianku

Mengubah Limbah Pertanian Menjadi Pupuk Kompos

Limbah atau sisa hasil kegiatan pertanian yang biasa digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan kompos, di antaranya jerami, sekam padi, gulma, batang jagung, tongkol jagung, semua bagian vegetatif tanaman, batang pisang, sabut kelapa, dan lainnya. Limbah pertanian biasanya memiliki C/N rasio yang relatif mendekati C/N rasio tanah sehingga proses pengomposan dari limbah hasil pertanian cenderung lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan dengan pengomposan bahan lainnya. Oleh karena itu, limbah pertanian juga sering dicampurkan ke bahan baku kompos yang memiliki C/N rasio tinggi.

Jerami padi merupakan sumber bahan kompos yang potensial untuk daerah pertanian sawah di Indonesia. Untuk tiap hektar lahan padi dapat dipanen sekitar 5 ton/ha. Jika saja luas panen yang diperkirakan mencapai 10,4 juta ha maka dapat dipanen sekitar 52,36 juta ton jerami segar atau sekitar 26,18 ton jerami yang mengalami pengomposan. Berbagai penelitian pun telah memberikan informasi bahwa pemberian jeramisegar 5 ton/ha, atau jerami dikomposkan 2 ton/ha dapat meningkatkan produksi padi dan dapat mensubstitusi pupuk KCl 50kg/ha.

Kandungan nutrien berbagai limbah pertanian berbeda-beda. Selain  tergantung pada tempat tumbuh, kemampuan tiap jenis tanaman dalam menjerap unsur hara tanah juga mempengaruhi kandungan nutriennya. Pada Tabel 3 disajikan kandungan nutrien pada berbagai jenis limbah pertanian.

Sumber : Pertanianku

Limbah Peternakan Sapi diolah menjadi Tenaga Listrik

Peternak sapi di Desa Bamonia, Shahjanpur Thana, Kota Borga, Bangladesh, Mohammed Abdul Khaliq mengubah limbah peternakan sapi dan rumah tangga menjadi listrik. Ia mengolah kotoran sapi menjadi biogas sejak 2013 lalu.


Kotoran sapi dialirkan dari kandang ke dalam bak penampung, lalu diberikan larutan mikroba ke dalam bak penampungan tersebut untuk mempercepat proses penguraian kotoran sapi. Setelah itu, Abdul Khaliq mengalirkan kotoran sapi dari bak penampung ke dalam tabung digeser atau pengurai.
Hasil dari penguraian kotoran sapi tersebut adalah biogas berupa gas metan yang memiliki fungsi sebagai bahan bakar kompor dan genset penghasil tenaga listrik. Abdul Khaliq menggunakan tenaga listrik untuk mengoperasikan mesin pencacah jerami untuk pakan sapi. Menurut Abdul Khaliq dengan menggunakan mesin pencacah itu dapat memudahkan pekerjaannya untuk memproduksi pakan sapi. “Sebelumnya saya tidak pernah mencacah jerami sehingga sapi mencerna pakannya sangat lambat,” ucap Abdul Khaliq.

Dengan adanya sumber listrik dari biogas, saat ini Abdul Khaliq juga bisa memerah susu sapi menggunakan mesin pemerah. “Susu sapi yang dihasilkan juga menjadi lebih higienis,” ujar Abdul Khaliq.

Dari 11 induk sapi perah Abdul Khaliq dapat menghasilkan sekitar 80–100 liter susu setiap hari. Menakjubkannya lagi hasil akhir proses penguraian berupa pupuk kandang. Abdul Khaliq menggunakan pupuk tersebut untuk tanaman jagung organiknya.

Abdul Khaliq bahkan menggunakan tenaga listrik yang dibuatnya dari biogas sebagai penerangan rumah dan kandangnya.

Dengan adanya teknologi ini limbah ternak yang selama ini dibiarkan begitu saja dapat memberikan penghasilan lebih bagi masyarakat sekitar. Selain untuk memenuhi kebutuhan listrik dan bahan bakar, para peternak juga dapat memperoleh pendapatan tambahan dari hasil penjualan pupuk organik.

Sumber : pertanianku